Contoh Analisis Puisi
KRAWANG-BEKASI
Chairil Anwar
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang kami maju dan mendegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan
dan harapan atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno,menjaga Bung Hatta,menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh
Pembahasan
· Unsur intrinsik
1. Diksi
Makna Denotatif
Makna Konotatif
1.Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang kami maju dan mendegap hati?
2. Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
3.Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
4.Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
5.Kenang, kenanglah kami.
6.Kami sudah coba apa yang kami bisa
7.Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
8.Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan
dan harapan atau tidak untuk apa-apa,
9.Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
10.Kaulah sekarang yang berkata
11.Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
12.Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
1.Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
2. Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
3. Dipanggang diatas apimu, digarami lautmu Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
4.Aku sekarang api aku sekarang laut
5.Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
6.Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
7.Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh
2. Majas
- Metafora:
“Aku sekarang api aku sekarang laut”, Sang Penyair mengibaratkan dirinya seperti laut dan api,mempunyai sifat-sifat seperti api yang selalu membakar dan panas.Mempunyai sifat-sifat seperti laut yang selalu bergelombang,luas,tempat bermuaranya dan menampung semua sungai yang mengalir kearahnya.Artinya tempat menampung semua pendapat dari semua lapisan rakyatnya.Atau selalu bergerak dan bergelombang,artinya selalu bersemangat bak laut yang bergelombang.
- Personifikasi:
“Kami sekarang mayat”, disini terlihat makna seakan-akan mayat yang secara sifatnya tidak dapat birbicara,tetapi oleh Sang Penyair “Mayat” tersebut dapat berbicara seperti manusia hidup.
- Alegori:
“dipanggang diatas apimu, digarami lautmu Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh”
Kiasan yang digunakan diatas adalah seperti api dan laut dan senantiasa berjalan beriringan dengan Sang Pemimpinnya menjadi satu urat dan satu zat,sesuatu yang tak terpisahkan sehingga menggunakan kendaraan kapal-kapal untuk sampai pada tujuan yang sama.
3. Rima
- Pada bait pertama terdapat rima sempurna dan bersajak {aaaa}
- Pada bait kedua terdapat rima aliterasi dan bersajak {ab-aa},dan ada perulangan kata “Kami” .
- Pada bait ke tiga terdapat rima terbuka dan bersajak {aa} antara suku”sa” dan “wa”.
- Pada bait ke empat terdapat rima tertutup dan bersajak {bab}.
- Pada bait ke lima terdapat rima sempurna (berkata-berkata) dan bersajak {bab}.
- Pada bait ke enam terdapat rima rangkai bersajak {aaaa}
- Pada bait ke tujuh terdapat rima berpeluk dan pengulangan kata aku dan kami.
4. Amanat
- Kita harus menghargai perjuangan para pahlawan.
- Kita harus bekerja keras untuk mencapai cita-cita yang kita inginkan.
- Semangat perjuangan harus selalu mengelora meskibun berada di daerah yang dianggap kecil.
· Unsur ekstrinsik
1. Nilai historis: Kita harus menghargai jasa-jasa para pahlawan.
2. Nilai psikologi: Sikap berani dan pantang menyerah akan membawa
keberhasilan.
3. Nilai ekonomi: -
4. Nilai politik: Pemerintah dan rakyat harus bekerjasama untuk meraih tujuan yang
diinginkan oleh suatu negara.
5. Nilai religious: -
· Isi:
Perjuangan para pahlawan untuk mempertahankan kemerdekaan sampai harus mengorbankan nyawa. Oleh karena itu, kita harus mengenang dan melanjutkan perjuangan para pahlawan agar perjuangan para pahlawan tidak sia-sia.
· Tema: Perjuangan
· Angkatan: 1945
· Alasan: Puisi bertema perjuangan, isi puisi lebih ditonjolkan, pemakaian kata dalam berpuisi yang terkesan sangat lugas, solid dan kuat
Contoh Analisis Puisi
Description: Contoh Analisis Puisi Rating: 4 Reviewer: Imam Murtaqi - ItemReviewed: Contoh Analisis Puisi
0 comments:
Posting Komentar